permalink 26.10.10 |
obinhut No comments |
Teknologi sederhana
Sampah tidak
selamanya jadi
masalah. Sebab jika
ditangani dengan
baik, limbah
buangan ini bisa
bermanfaat.
Bahkan, dengan
teknologi yang
sederhana
sekalipun, sampah
bisa dijadikan
sebagai sumber
penghasilan
tambahan.
Setidaknya pesan
itulah yang
disampaikan oleh
para pembicara
dalam seminar
bertema
Memasyarakatkan
Teknologi Daur Ulang
SampahSkala
Rumah Tangga yang
diselenggarakan
Dharma Wanita di
Kementerian Negara
Riset dan Teknologi
(Ristek) dan tujuh
lembaga pemerintah
non departemen
(LPND) di bawahnya
di Jakarta, Kamis
(01/9). Hadir sebagai
pembicara dalam
seminar itu adalah
Direktur Pusat
Pengkajian dan
Penerapan
Teknologi
Lingkungan (P3TL)
Badan Pengkajian
dan Penerapan
Teknologi (BPPT)
Tusy A Adibroto,
pakar pengolahan
limbah sampah
Harini Bambang
Wahono dan aktivis
Gerakan Peduli
Lingkungan (GPL)
Pekayon, Bekasi,
Lala Ghazali. Dalam
sambutannya, istri
Menteri Negara
Riset dan Teknologi
(Ristek) Sri
Kusmayanto
Kadiman
mengatakan, saat
ini penanganan
sampah tidak bisa
diserahkan
sepenuhnya pada
pemerintah dan
kemampuan
teknologi. Karena itu
masyarakat harus
membangun budaya
mendaur ulang
sendiri sampah-
sampahnya yang
ada di rumah
tangga. Melalui
upaya ini, beban
pengolahan sampah,
mulai dari tempat
penampungan
sementara hingga
penampungan akhir
bisa dikurangi.
"Apalagi,
pengolahan sampah
juga dapat
dilakukan dengan
menggunakan
teknologi
sederhana, tapi
tetap berdampak
positif, baik bagi
kesehatan maupun
untuk meningkatkan
ekonomi keluarga,"
ucap dia. Sementara
itu Harini
mengutarakan,
mengolah sampah
butuh tiga prinsip
utama, yaitu
mengurangi (reduce)
, memakai kembali
(reuse) dan mendaur
ulang (recycle).
Mengurangi, artinya
masyarakat
(terutama ibu-ibu)
harus mulai
membiasakan diri
untuk mengurangi
pemakaian kantong
plastik saat
berbelanja di pasar
atau tempat lain.
Memakai kembali
adalah tidak
membuang kantong
plastik atau botol-
botol air mineral dan
lainnya yang
termasuk sampah
anorganik (tidak
mudah terurai), tapi
memanfaatkannya
kembali. "Karena
dari sampah yang
terdapat di
perkotaan, hampir
30%nya adalah
sampah anorganik.
Sehingga jika ibu-ibu
dengan penuh
kesadaran untuk
tetap menggunakan
kembali kantong-
kantong plastik atau
botol-botol itu, saya
yakin limbah sampai
akan terkurangi,"
imbuh dia. Ini
artinya, mengurangi
jumlah limbah
anorganik tidak
membutuhkan
teknologi apapun.
Cukup dengan
kesadaran untuk
selalu membawa
kantong plastik
yang dimilikinya
saat berbelanja ke
pasar atau tempat
lain. Sementara itu
botol-botol air
mineral atau
lainnya, dapat
dimanfaatkan
menjadi pot bunga
atau tanaman lain.
Sementara itu salah
satu cara mengolah
kembali adalah
memanfaatkan
sampah organik
menjadi pupuk
kompos, sedang
yang non-organik
dapat dimanfaatkan
dan diolah menjadi
aneka kerajinan
tangan. Untuk
membuat kompos
dari sayur atau
makanan lain tidak
membutuhkan
teknologi tinggi.
Pasalnya, sampah
cukup dipendam di
tanah dan dilapisi
pupuk kandang.
Dalam waktu 1,5
bulan kompos sudah
jadi. Bahkan untuk
mengolah sampah
berupa rumput atau
daun-daunan
menjadi kompos
cukup dilakukan
dengan
memasukannya
dalam karung.
Selanjutnya karung
ditutup rapat dan
perciki dengan air.
Untuk menjaga
kelembabannya
perlu diberi
beberapa lubang
pada bagian dasar
karung. Sampah
Adalah Sumber Daya
Sementara itu, Tusy
Adibroto
mengatakan, dalam
rangka
memanfaatkan
sampah sebagai
sumber daya,
masyarakat harus
lebih dulu bersikap
perduli terhadap
sampah di rumah
masing-masing.
Perduli dalam
pengertian Tusy
adalah berupaya
untuk mengurangi,
memakai ulang dan
mendaur ulang
sampah. Untuk
mengurangi
sampah, menurut
dia, sebelum
belanja, ibu-ibu
harus mulai berpikir
apakah produk yang
akan dibeli benar-
benar dibutuhkan,
mencari produk
yang material
pembungkusnya
sederhana dan
membeli yang
wadahnya bisa diisi
ulang. Ibu-ibu juga
harus menghindari
pembelian barang
yang sifatnya sekali
pakai dan usahakan
untuk selalu
membawa tas
belanja sendiri.
Lebih lanjut dia
mengatakan, pada
dasarnya manfaat
pengolahan sampah
di rumah dapat
dilihat dari berbagai
aspek. Secara
umum, pengolahan
sampah tersebut
dapat mereduksi
jumlah sampah,
mengurangi biaya
transportasi,
memperpanjang
umur tempat
pembuangan akhir
(TPA), mencegah
pencemaran
leachate dan
mencegah produksi
gas rumah kaca.
Secara ekonomis,
manfaat pengolahan
sampah dapat
memberikan
penghasilan
tambahan dari
penjualan produk
daur ulang dan
kompos. Dan yang
tak kalah
pentingnya adalah
mampu membuka
lapangan kerja baru
bagi masyarakat,
terutama jika skala
pengolahan sampah
tersebut sudah lebih
besar. Atau minimal,
dengan kompos
buatan sendiri, kita
dapat merasakan
dan menikmati
lingkungan yang
hijau dan asri, baik
di rumah maupun di
lingkungan sekitar
tempat tinggal.
selamanya jadi
masalah. Sebab jika
ditangani dengan
baik, limbah
buangan ini bisa
bermanfaat.
Bahkan, dengan
teknologi yang
sederhana
sekalipun, sampah
bisa dijadikan
sebagai sumber
penghasilan
tambahan.
Setidaknya pesan
itulah yang
disampaikan oleh
para pembicara
dalam seminar
bertema
Memasyarakatkan
Teknologi Daur Ulang
SampahSkala
Rumah Tangga yang
diselenggarakan
Dharma Wanita di
Kementerian Negara
Riset dan Teknologi
(Ristek) dan tujuh
lembaga pemerintah
non departemen
(LPND) di bawahnya
di Jakarta, Kamis
(01/9). Hadir sebagai
pembicara dalam
seminar itu adalah
Direktur Pusat
Pengkajian dan
Penerapan
Teknologi
Lingkungan (P3TL)
Badan Pengkajian
dan Penerapan
Teknologi (BPPT)
Tusy A Adibroto,
pakar pengolahan
limbah sampah
Harini Bambang
Wahono dan aktivis
Gerakan Peduli
Lingkungan (GPL)
Pekayon, Bekasi,
Lala Ghazali. Dalam
sambutannya, istri
Menteri Negara
Riset dan Teknologi
(Ristek) Sri
Kusmayanto
Kadiman
mengatakan, saat
ini penanganan
sampah tidak bisa
diserahkan
sepenuhnya pada
pemerintah dan
kemampuan
teknologi. Karena itu
masyarakat harus
membangun budaya
mendaur ulang
sendiri sampah-
sampahnya yang
ada di rumah
tangga. Melalui
upaya ini, beban
pengolahan sampah,
mulai dari tempat
penampungan
sementara hingga
penampungan akhir
bisa dikurangi.
"Apalagi,
pengolahan sampah
juga dapat
dilakukan dengan
menggunakan
teknologi
sederhana, tapi
tetap berdampak
positif, baik bagi
kesehatan maupun
untuk meningkatkan
ekonomi keluarga,"
ucap dia. Sementara
itu Harini
mengutarakan,
mengolah sampah
butuh tiga prinsip
utama, yaitu
mengurangi (reduce)
, memakai kembali
(reuse) dan mendaur
ulang (recycle).
Mengurangi, artinya
masyarakat
(terutama ibu-ibu)
harus mulai
membiasakan diri
untuk mengurangi
pemakaian kantong
plastik saat
berbelanja di pasar
atau tempat lain.
Memakai kembali
adalah tidak
membuang kantong
plastik atau botol-
botol air mineral dan
lainnya yang
termasuk sampah
anorganik (tidak
mudah terurai), tapi
memanfaatkannya
kembali. "Karena
dari sampah yang
terdapat di
perkotaan, hampir
30%nya adalah
sampah anorganik.
Sehingga jika ibu-ibu
dengan penuh
kesadaran untuk
tetap menggunakan
kembali kantong-
kantong plastik atau
botol-botol itu, saya
yakin limbah sampai
akan terkurangi,"
imbuh dia. Ini
artinya, mengurangi
jumlah limbah
anorganik tidak
membutuhkan
teknologi apapun.
Cukup dengan
kesadaran untuk
selalu membawa
kantong plastik
yang dimilikinya
saat berbelanja ke
pasar atau tempat
lain. Sementara itu
botol-botol air
mineral atau
lainnya, dapat
dimanfaatkan
menjadi pot bunga
atau tanaman lain.
Sementara itu salah
satu cara mengolah
kembali adalah
memanfaatkan
sampah organik
menjadi pupuk
kompos, sedang
yang non-organik
dapat dimanfaatkan
dan diolah menjadi
aneka kerajinan
tangan. Untuk
membuat kompos
dari sayur atau
makanan lain tidak
membutuhkan
teknologi tinggi.
Pasalnya, sampah
cukup dipendam di
tanah dan dilapisi
pupuk kandang.
Dalam waktu 1,5
bulan kompos sudah
jadi. Bahkan untuk
mengolah sampah
berupa rumput atau
daun-daunan
menjadi kompos
cukup dilakukan
dengan
memasukannya
dalam karung.
Selanjutnya karung
ditutup rapat dan
perciki dengan air.
Untuk menjaga
kelembabannya
perlu diberi
beberapa lubang
pada bagian dasar
karung. Sampah
Adalah Sumber Daya
Sementara itu, Tusy
Adibroto
mengatakan, dalam
rangka
memanfaatkan
sampah sebagai
sumber daya,
masyarakat harus
lebih dulu bersikap
perduli terhadap
sampah di rumah
masing-masing.
Perduli dalam
pengertian Tusy
adalah berupaya
untuk mengurangi,
memakai ulang dan
mendaur ulang
sampah. Untuk
mengurangi
sampah, menurut
dia, sebelum
belanja, ibu-ibu
harus mulai berpikir
apakah produk yang
akan dibeli benar-
benar dibutuhkan,
mencari produk
yang material
pembungkusnya
sederhana dan
membeli yang
wadahnya bisa diisi
ulang. Ibu-ibu juga
harus menghindari
pembelian barang
yang sifatnya sekali
pakai dan usahakan
untuk selalu
membawa tas
belanja sendiri.
Lebih lanjut dia
mengatakan, pada
dasarnya manfaat
pengolahan sampah
di rumah dapat
dilihat dari berbagai
aspek. Secara
umum, pengolahan
sampah tersebut
dapat mereduksi
jumlah sampah,
mengurangi biaya
transportasi,
memperpanjang
umur tempat
pembuangan akhir
(TPA), mencegah
pencemaran
leachate dan
mencegah produksi
gas rumah kaca.
Secara ekonomis,
manfaat pengolahan
sampah dapat
memberikan
penghasilan
tambahan dari
penjualan produk
daur ulang dan
kompos. Dan yang
tak kalah
pentingnya adalah
mampu membuka
lapangan kerja baru
bagi masyarakat,
terutama jika skala
pengolahan sampah
tersebut sudah lebih
besar. Atau minimal,
dengan kompos
buatan sendiri, kita
dapat merasakan
dan menikmati
lingkungan yang
hijau dan asri, baik
di rumah maupun di
lingkungan sekitar
tempat tinggal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Ayo komentar kamu yang pertamax wa di Teknologi sederhana